SKI INDONESIA “Falsafah Islam”arifazhari,bintangarjuna




SKI INDONESIA
“Falsafah Islam
 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kata falsafah dipinjam dari kata Yunani yang sangat terkenal, Philosophia, yang berarti kecintaan pada kebenaran(wisdom). filsafat ialah hasil akalseorang manusia yang mencari dan memikirkan sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Atauilmu yang mempeajari dengan sunguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Filsafat islam ialah suatu usaha utnuk menyesuaikan antara apa yang dinamakan wahyu dan akal, antara akdah dan hikmah, antara agama dan filsafat, sehingga dapat dinyatakan kepada manusia bahwa wahyu tidak bertentangan dengan akal, dan akidah bila ia disinari dengan hikmah akan memberi ketenangan jiwa dan manakalah agama bersaudara dengan filsafat, maka agama itu berjiwa filsafat dan filsafat itu menjadi berjiwa agama.
Atau Filsafat Islam adalah suatu hasil pemikiran para filsuf tentang ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam yang disinari ajaran ajaran islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis.
Di dalam filsafat islam terdapat ajaran-ajaran pokok : ketuhanan, jiwa, talfiq, tasawuf dan lain-lain. Dan dalam filsafat islampun terdapat perkembangan dan kontroversi filsafat islam itu sendiri di indonesia.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan materi yang telah ditetapkan dalam silabus SKI Indonesia, maka rumusan masalah makalah yang penulis buat adalah sebagai berikut :
1.      Apakah  pengertian filsafat islam ?
2.      Apa saja ajaran-ajaran pokoknya ?
3.      Bagaimanakah perkembangan falsafah di indonesia ?
C.     Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yakni untuk melengkapi tugas mata kuliah “SKI Indonesia” yang dibimbing oleh  Nyayuk Soraya, M.Hum. Selain dari pada itu untuk mengetahui pengertian filsafat islam, ajaran-ajaran pokoknya, serta perkembangan dan kontroversi falsafah di indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Filsafat Islam
Untuk mengetahui pengertian falsafah  islam, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu definisi  filsafat itu sendiri. Dibawah ini akan diterangkan secara jelas apa itu filsafat.
Dalam Lisan Al-A’rab, kata falsafat berakar dari kata falsafah, yang memiliki arti hikmah, sebuah kata yang berasala dari luar bahasa arab. Kata falasafah dipinjam dari kata Yunani yang sangat terkenal, Philosophia, yang berarti kecintaan pada kebenaran(wisdom).
Dengan sedikit perubahan, kata falsafah diindonesiakan menjadi “filsafat” atau juga “filosofi” (karena adanya pengaruh ucapan inggris, Philosophy). Dalam ungkapan arabnya yang lebih”asli”, cabang ilmu tradisional islam yaitu ‘ulum al-hikmah.[1]
Filsafat ialah ilmu yang ingin mencari kebenaran (yang penuh dengan tanda tanya :apa bagaimana, dimana dan apa sebabnya) sesuatu itu ada dengan menggunakan metode logika dan akal. Jadi filsafat berdasarkan pada akal (pikiran).[2]
Adapun pengertian filsafat menurut para ahli :
1.       Al Farabi.
filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.
2.       Sidi Gazalba.
Filsafat adalah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan.
3.       Hasbullah Bakri.
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan  pengetahuan tentang bagaimana hakikat nya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab. Maksudnya adalah filsafat ialah daya upaya manusia dengan akal baiknya untuk memahami (mendalami dan menyelami) mengenai Tuhan, alam semesta, manusia, serta sikap manusia. Filsafat tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir, dengan tidak secara dangkal.[3]
Diatas telah dijelaskan mengenai pengertian filsafat itu sendiri, dan dibawah ini akan lebih diterangkan lagi apa itu filsafat islam.
Filsafat islam ialah suatu usaha utnuk menyesuaikan antara apa yang dinamakan wahyu dan akal, antara akdah dan hikmah, antara agama dan filsafat, sehingga dapat dinyatakan kepada manusia bahwa wahyu tidak bertentangan dengan akal, dan akidah bila ia disinari dengan hikmah akan memberi ketenangan jiwa dan manakalah agama bersaudara dengan filsafat, maka agama itu berjiwa filsafat dan filsafat itu menjadi berjiwa agama.[4]
B.     Ajaran-Ajaran Pokok Filsafat Islam
1.      Akal
Dalam jiwa manusia terdapat tiga daya yang telah disebutkan diatas salah satunya ialah daya berpikir. Daya berpikir itu adalah akal. Menurut al-Kindi akal dibagi menjadi tiga macam: akal yang bersifat potensil; akal yang keluar dari sifat potensil dan aktuil; dan akal yang telah mencapai tingkat kedua dari aktualitas.
Akal yang bersifat potensil tidak bisa mempunyai sifat aktuil jika tidak ada kekuatan yang menggerakannya dari luar. Dan oleh karena itu bagi al-Kindi ada satu lagi macam akal yang mempunyai wujud di luar roh manusia, dan bernama akal yang selamanya dalam aktualitas. Akal tersebut membuat akal yang bersifat potensil dalam roh manusia menjadi aktuil. Sifat-sifat akal ini:
a.       Merupakan akal pertama
b.      Selamanya dalam aktualitas
2.      Kenabian
Nabi Muhammad memiliki syarat-syarat yang dibutuhkan seorang Nabi, yaitu memiliki imajinasi yang sangat kuat dan hidup, bahkan fisiknya sedemikian kuat sehingga ia mampu mempengaruhi bukan hanya pikiran orang lain, melainkan juga seluruh materi pada umumnya. Dengan imajinatif yang luar biasa kuatnya, pikiran Nabi, melalui keniscayaan psikologis yang mendorong, mengubah kebenaran-kebenaran akal murni dan konsep-konsep menjadi imaji-imaji dan simbol-simbol kehidupan yang demikian kuat sehingga orang yang mendengar atau membacanya tidak hanya menjadi percaya  tetapi juga terdorong untuk berbuat sesuatu. Apabila kita lapar atau haus, imajinasi kita menyuguhkan imaji-imaji yang hidup tentang makanan dan minuman. Pelambangan dan pemberi sugesti ini, apabila ini berlaku pada akal dan jiwa Nabi, menimbulkan imaji-imaji yang kuat dan hidup sehingga apapun yang dipikirkan dan dirasakan oleh jiwa Nabi, ia benar-benar mendengar dan melihatnya.[5]
3.      Jiwa
Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad Saw. tidak menjelaskan tegas tentang roh dan jiwa. Bahkan Al-Quran sebagai pokok sumber ajaran Islam menginformasikan bahwa manusia tidak akan mengetahui hakikat ruh karena itu urusan Allah bukan Manusia. Dengan adanya hal tersebut, kaum filosof Muslim membahas jiwa berdasarkan pada falsafat jiwa yang dikemukakan para filosof  Yunani, kemudian mereka selaraskan dengan ajaran Islam. Al-Kindi Jiwa mempunyai arti penting, sempurna, dan mulia.
Subtansinya berasal dari subtansi Allah. Hubungannya dengan Allah sama dengan hubungannya dengan cahaya dan matahari. Jiwa mempunyai wujud tersendiri, terpisah, dan berbeda dengan jasad atau badan. Jiwa bersifat rohani dan illahi sementara badan mempunyai hawa nafsu dan marah. Dan perbedaannya jiwa menentang keinginan hawa nafsu.
Pada jiwa manusia terdapat tiga daya: daya bernafsu (yang terdapat di perut), daya marah (terdapat di dada), dan daya pikir (berputar pada kepala).
4.      Tasawuf
Tasawuf, menurut ibnu Sina tidak dimulai dengan beribadah dan meninggalkan keduniaan sebagaimana yang dilakukan orag-orang sufi sebelumnya. Ia memulai tasawuf dengan akal yang dibantu oleh hati. Dengan kebersihan hati dan pancaran akal, lalu akal akan menerima ma’rifah. Mengenai bersatunya Tuhan dan manusia atau bertempatnya Tuhan dihati diri manusia tidak diterima oleh ibnu Sina, karena manusia tidak bisa langsung kepada Tuhannya, tetapi melalui prantara untuk menjaga kesucian Tuhan. Ia berpendapat bahwa puncak kebahagiaan itu tidak tercapai, kecuali hubungan manusia dengan Tuhan. Karena manusia mendapat sebagian pancaran dari perhubungan tersebut. [6]
5.      Talfiq
Al-Kindi berusaha memadukan atau talfiq antara agama dan filsafat. Menurutya filsafat adalah pengetahuan yang benar. Al-Qur’an yang membawa argumen-argumen yang lebih meyakinkan dan benar tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang dihasilkan oleh filsafat. Karena itu mempelajari filsafat dan berfilsafat tidak dilarang bahkan teologi bagian dari filsafat, sedangkan umat Islam diwajibkan mempelajari teologi. Bertemunya agama dan filsafat dalam kebenaran dan kebaikan sekaligus menjadi tujuan  dari keduanya. Agama disamping wahyu mempergunakan akal, dan filsafat juga mempergunakan akal. Yang benar pertama bagi Al-Kindi ialah Tuhan. Filsafat dengan demikian membahas tentang Tuhan dan agama ini pulalah dasarnya. Filsafat yang paling tinggi ialah filsafat tentang Tuhan.
Dengan demikian, orang yang menolak filsafat maka orang itu menurut Al-Kindi telah mengingkari kebenaran, kendatipun ia menganggap dirinya paling benar. Disamping itu, karena pengetahuan tentang kebenaran termasuk pengetahuan tentang Tuhan, tentang ke-Esaan-Nya, tentang apa yang baik dan berguna, dan juga sebagai alat untuk berpegang teguh kepadanya dan untuk menghindari hal-hal sebaliknya. Kita harus menyambut dengan gembira kebenaran dari manapun datangnya. Sebab, “tidak ada yang lebih berharga bagi para pencari kebenaran daripada kebenaran itu sendiri”.[7]
C.     Perkembangan filsafat islam di indonesia
Masa Lalu Filsafat Islam belum begitu dikenal di Indonesia, karena memang filsfat Islam baru diperkenalkan ke publik pada tahun 70-an oleh almarhum Prof. Dr. Harun Nasution dalam bukunya yang terkenal Falsafah & Mistisime dalam Islam, yang diterbitkan Bulan Bintang pada tahun 1973. Dalam buku ini pak Harun telah memperkenalkan 6 filosof Muslim yang terkenal yaitu al-Kindi, al-Razi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd, setelah sebelumnya ia membicarakan tentang “Kontak Pertama antara Islam dan ilmu pengetahuan serta falsafah Yunani.
” Dalam buku ini pak Harun dengan singkat tetapi esensial memperkenalkan biografi dan ajaran para filosof Muslim tersebut, sehingga para mahasiswa Muslim, khususnya mahasiswa IAIN di seluruh Indonesia, telah menyadari keberadaan filsafat Islam yang sebelumnya hampir tidak pernah diperkenalkan kepada mereka. Dan dengan dijadikannya buku tersebut sebagai buku wajib, maka pak Harun boleh dikata telah berhasil memperkenalkan filsafat Islam di Indonesia ini.
Tetapi karena buku ini merupakan satu-satunya buku yang digunakan dalam matakuliah filsafat Islam selama puluhan tahun, maka timbul kesan yang keliru bahwa seakan filsafat Islam hanya menghasilkan 6 orang filosof sebagaimana yang diperkenalkan oleh Pak Harun di atas. Untunglah pada tahun 1987 Pustaka Jaya telah menerbitkan sebuah buku terjemahan yang bagus dan komprehensif tentang filsafat Islam karangan Majid Fakhry yang berjudul Sejarah Filsafat Islam, yang diterjemahkan oleh (Mulyadhi Kartanegara), sehingga dengan demikian sadarlah kita bahwa filsafat Islam telah melahirkan bukan hanya 6 filosof, sebagaimana yang telah diperkenalkan oleh Pak harun, tetapi puluhan bahkan mungkin ratusan para filosof yang tidak kalah hebatnya daripada filosof-filosof yang telah diperkenalkan sebelumnya.
Buku ini menjelaskan filsafat Islam dari sudut historis, yang meliputi paparan tentang perkembangan filsafat sebelum Islam, pada masa awal Islam, masa pertengahan dan masa modern. Dan buku ini telah menikmati posisi yang penting di universitas-universitas Islam, sebagai buku daras yang tak ada duanya pada saat itu. Mahasiswa Muslim sangat diuntungkan dengan kehadiran karya terjemahan ini, karena ia telah banyak mengubah persepsi yang keliru tentang filsafat Islam dari sudut lingkup, rentangan waktu, ajaran dll. Dengan buku ini pula kita menjadi sadar bahwa ternyata filsafat Islam tidak berhenti pada Ibn Rusyd sebagaimana dikesankan setelah membaca buku pak harun, tetapi terus hidup dan berlangsung hingga saat ini.
Masa Kini Pada saat ini kita telah menikmati banyak informasi tentang filsafat Islam. Diterjemahkannya buku yang diedit oleh M.M. Syarif yang berjudul, History of Muslim Philosophy secara parsial ke dalam bahasa Indonesia telah memperkaya khazanah filsafat Islam di Indonesia. Tetapi tambahan informasi yang sangat signifikan terjedi setelah penerbit Mizan menerjemahkan karya besar dalam sejarah filsafat Islam yang diedit oleh Nasr dan Oliver Leaman, yang berjudul A History of Islamic Philosophy ke dalam bahasa Indonesia, dengan judul Ensiklopedia Filsafat Islam (dua jilid).
Berbagai karya filosofis yang lebih spesifik (misalnya yang membahas tentang pemikiran para filosof tertentu) juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, seperti The Philosophy of Mulla Sadra yang ditulis oleh Fazlur Rahman, yang membahas beberapa aspek dari pemikiran Mulla Shadra, atau Knowledge and Illumination, karangan Hussein Ziai, yang membicarakan secara khusus filsafat iluminasi Suhrawardi. Namun sejauh ini, informasi ini lebih bersandar pada terjemahan dari karya asing, dan bukan karangan sarjana Muslim Indonesia sendiri.
Sedikit sekali karya filsafat Islam yang ditulis oleh para penulis negeri ini. Ada misalnya buku 5 tentang Suhrawardi yang ditulis oleh sdr Amroeni, khususnya kritik Suhrawardi terhadap filsafat peripatetik,atau yang ditulis oleh M. Iqbal tentang Ibn Rusyd, sebagai bapak rasionalisme. Namun tulisan-tulisan tersebut masih bersifat studi tokoh, dan pada dasarnya diadaptasi dari sebuah tesis atau disertasi.
Tidak banyak penulis Muslim Indonesia yang menulis buku pengantar terhadap filsafat Islam yang bersifat independen, kecuali pak Haidar Bagir dengan Buku Saku Filsafat Islam-nya, dan beliau (Mulyadhi Kartanegara) sendiri dengan Gerbang Kearifan-nya.
Tokoh-tokoh filsafat islam di indonesia diantaranya :
1.      Harun Nasution
Harun Nasution lahir pada hari Selasa 23 September 1919 di Sumatera. Ayahnya, Jabar Ahmad adalah seorang ulama yang mengetahui kitab-kitab Jawi.
Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah Belanda HIS. Setelah tujuh tahun di HIS. Selama tujuh tahun, Harun belajar bahasa Belanda dan ilmu pengetahuan umum di HIS itu, dia berada dalam lingkungan disiplin yang ketat. Di lingkungan keluarga, harun memulai pendidikan Agama dari lingkungan keluarganya dengan belajar mengaji, shalat dan ibadah lainnya. Pendidikannya lalu dilanjutkan ke Mc. Gill, Kanada pada tahun 1962.
Pemikiran Harun Nasution:
a.       Peranan Akal
Bukanlah secara kebetulan bila Harun Nasution memilih problematika akal dalam system teologi Muhammad Abduh sebagai bahan kajian disertasinya di Universitas Mogill, Mentreal, Kanada. Besar kecilnya peranan akal dalam system teologi suatau aliran sangat menentukan dinamis atau tidaknya pemahaman seseorang tentang ajaran Islam. Berkenaan dengan akal ini, Harun Nasution menulis demikian:“Akalmelambangkankekuatanmanusia”. Karena akal manusia mempunyai kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan makhluk lain disekitarnya. Bertambah tinggi akal manusia, bertambah tinggi pula kesanggupannya untuk mengalahkan makhluk lain. Bertambah lemah kekuatan akal manusia, bertambah lemah pulalah kesanggupannya untuk menghadapi kekuatan-kekuatan lain tersebut.
b.      Hubungan akal dan wahyu
Salah satu focus pemikiran Harun Nasution adalah hubungan akal dan wahyu. Ia menjelaskan bahwa hubungan akal dan wahyu memang menimbulkan pertanyaan, tetapi keduanya tidak bertentangan. Akal mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al-Qur’an. Orang yang beriman tidak perlu menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan semuapermasalahankeagamaan. dalam pemikiran Islam, baik di bidang filsafat dan ilmu kalam, apalagi di bidang ilmu fiqih, akal tidak pernah membatalkan wahyu. Akal tetap tunduk kepada teks wahyu. Teks wahyu tetap dianggap benar. Akal dipakai untuk memahami teks wahu dan tidak untuk menentang wahyu. Akal hanya memberi interpretasi terhadap teks wahyu sesuai dengan kecenderungan dan kesanggupan pemberi interpretasi. Yang dipertentangkan dalam sejarah pemikiran Islam sebenarnya bukan akal dan wahyu, tetapi penafsiran tertentu dari teks wahyu dengan lain dari teks wahyu itu juga. Jadi, yang bertentangan sebenarnya dalam Islam adalah pendapat akal ulama tertentu dengan pendapat akal ulama lain
2.      H.M. Rasyidi
H. Mohamad Rasjidi Guru Besar Fakultas Hukum UI Direktur kantor Rabitah Alam Islami, Jakarta.
 Dalam konteks pertumbuhan akademik Islam di Indonesia, orang akan sulit mngesampingkan kehadiran H.M. Rasyidi, lulusan lembaga pendidikan tinggi Islam di Mesir yang mmelanjutkan ke Paris, dan kemudian memperoleh pengalaman mengajar di Kanada.
a. Pemikiran Kalam H.M Rasyidi
Rasyidi menolak pandangan Harun Nasution yang menyamakan pengertian ilmu kalam dan teologi. Untuk itu Rasyidi berkata, “…Ada kesan bahwa ilmu kalam adalah teologi Islam dan teologi adalah ilmu kalam Kristen.”[2] Selanjutnya Rasyidi menelurusi sejarah kemunculan teologi. Menurutnya, orang Barat memakai istilah teologi untuk menunjukkan tauhid atau kalam karena mereka tak memiliki istilah lain. Teologi terdiri dari dua perkataa, yaitu teo (theos) artinya Tuhan, dan logos, artinya ilmu. Jadi teologi berarti ilmu ketuhanan.adapun sebab timbulnya teologi dalam Kristen adalah ketuhananNabi Isa, sebagai salah satu dari tri-tunggal atau trinitas. Namun kata teologi kemudian mengandung beberapa aspek agama Kristen, yang di luar kepercayaan (yang benar), sehingga teologi dalam Kristen tidak sama dengan tauhid atau ilmu kalam
Rasyidi menolak pandangan Harun Nasution yang menyamakan pengertian ilmu kalam dan teologi. Untuk itu Rasyidi berkata, “…Ada kesan bahwa ilmu kalam adalah teologi Islam dan teologi adalah ilmu kalam Kristen.”Selanjutnya Rasyidi menelurusi sejarah kemunculan teologi. Menurutnya, orang Barat memakai istilah teologi untuk menunjukkan tauhid atau kalam karena mereka tak memiliki istilah lain. Teologi terdiri dari dua perkataa, yaitu teo (theos) artinya Tuhan, dan logos, artinya ilmu. Jadi teologi berarti ilmu ketuhanan.adapun sebab timbulnya teologi dalam Kristen adalah ketuhananNabi Isa, sebagai salah satu dari tri-tunggal atau trinitas. Namun kata teologi kemudian mengandung beberapa aspek agama Kristen, yang di luar kepercayaan (yang benar), sehingga teologi dalam Kristen tidak sama dengan tauhid[8]














BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Filsafat ialah ilmu yang ingin mencari kebenaran (yang penuh dengan tanda tanya :apa bagaimana, dimana dan apa sebabnya) sesuatu itu ada dengan menggunakan metode logika dan akal. Jadi filsafat berdasarkan pada akal (pikiran).
Di dalam filsafat islam terdapat ajaran-ajaran pokok, Diantara ajaran-ajaran pokok filsafat islam akan dibahas yaitu ketuhanan dan lain-lain. Filsafat Islam belum begitu dikenal di Indonesia, karena memang filsfat Islam baru diperkenalkan ke publik pada tahun 70-an oleh almarhum Prof. Dr. Harun Nasution dalam bukunya yang terkenal Falsafah & Mistisime dalam Islam, yang diterbitkan Bulan Bintang pada tahun 1973. Dalam buku ini pak Harun telah memperkenalkan 6 filosof Muslim yang terkenal yaitu al-Kindi, al-Razi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd, setelah sebelumnya ia membicarakan tentang “Kontak Pertama antara Islam dan ilmu pengetahuan serta falsafah Yunani.” Dalam buku ini pak Harun dengan singkat tetapi esensial memperkenalkan biografi dan ajaran para filosof Muslim tersebut, sehingga para mahasiswa Muslim, khususnya mahasiswa IAIN di seluruh Indonesia, telah menyadari keberadaan filsafat Islam yang sebelumnya hampir tidak pernah diperkenalkan kepada mereka.
Dan dengan dijadikannya buku tersebut sebagai buku wajib, maka pak Harun boleh dikata telah berhasil memperkenalkan filsafat Islam di Indonesia ini.


B.     Kritik dan Saran
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangunkepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna  bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiaman pada umumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Misri.A.Muchsin, Filsafat Sejarah Dalam Islam, (Ar Ruzz Press : Yogyakarta, 2002)

Rustam E, Teori Filsafat Sejarah Sejarah Islam Dan Iptek, (Rineka Cipta : Jakarta, 1999)
Afrizal, Filsafat Islam, http://afrizal.blogspot.com.html
Andriani, Ajaran Filsafat Islam,  http://andriani.wordpress.com.html
Winda Mirani, Perkembangan Filsafat Islam, http://www.windamirani.blogspot.com.html

Edo Stiawan, Pengertian Filsafat Menurut Para Tokoh,http://edostiawan.blogspot.com.html


[1] Misri.A.Muchsin, Filsafat Sejarah Dalam Islam, (Ar Ruzz Press : Yogyakarta, 2002).Hlm.27
[2] Ibid.,Hlm.38
[3] Edo Stiawan, Pengertian Filsafat Menurut Para Tokoh, http://www.edostiawan,blogspot.com.html. Diakses pada 12 November 2014
[4] Rustam E, Teori Filsafat Sejarah Sejarah Islam Dan Iptek, (Rineka Cipta : Jakarta, 1999).Hlm.185
[5] Ibid.,hlm.187
[6]Afrizal, Filsafat Islam,  http://afrizal.blogspot.com.html.Diakses pada 10 November 2014
[7]Andriani, Ajaran Filsafat Islam,  http://andriani.wordpress.com.html.Diakses pada 13 November 2014
[8] Winda Mirani, Perkembangan Filsafat Islam, http://www.windamirani.blogspot.com.html.Diakses pada 18 november 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN SPSS

ASAL USUL DESA RETAK MUDIK KECAMATAN SUNGAI RUMBAI KABUPATEN MUKOMUKO PROPINSI BENGKULUSEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM ( SKI ) FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGRI

Sejarah Bengkulu dan Tapak Tilas Arkiologinya