SKI INDONESIA “Falsafah Islam”arifazhari,bintangarjuna
SKI INDONESIA
“Falsafah Islam”
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kata falsafah
dipinjam dari kata Yunani yang sangat terkenal, Philosophia, yang berarti
kecintaan pada kebenaran(wisdom). filsafat ialah hasil
akalseorang manusia yang mencari dan memikirkan sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.
Atauilmu yang mempeajari dengan sunguh-sungguh hakikat kebenaran segala
sesuatu.
Filsafat islam ialah suatu usaha utnuk menyesuaikan antara
apa yang dinamakan wahyu dan akal, antara akdah dan hikmah, antara agama dan
filsafat, sehingga dapat dinyatakan kepada manusia bahwa wahyu tidak
bertentangan dengan akal, dan akidah bila ia disinari dengan hikmah akan
memberi ketenangan jiwa dan manakalah agama bersaudara dengan filsafat, maka
agama itu berjiwa filsafat dan filsafat itu menjadi berjiwa agama.
Atau Filsafat Islam adalah suatu hasil pemikiran para filsuf
tentang ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam yang disinari ajaran ajaran
islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis.
Di dalam filsafat islam terdapat ajaran-ajaran pokok :
ketuhanan, jiwa, talfiq, tasawuf dan lain-lain. Dan dalam filsafat islampun
terdapat perkembangan dan kontroversi filsafat islam itu sendiri di indonesia.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan materi
yang telah ditetapkan dalam silabus SKI Indonesia, maka rumusan masalah makalah
yang penulis buat adalah sebagai berikut :
1.
Apakah pengertian filsafat islam ?
2.
Apa saja ajaran-ajaran pokoknya ?
3.
Bagaimanakah perkembangan falsafah
di indonesia ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini, yakni untuk melengkapi tugas mata kuliah “SKI Indonesia”
yang dibimbing oleh Nyayuk Soraya,
M.Hum. Selain dari pada itu untuk mengetahui pengertian filsafat islam,
ajaran-ajaran pokoknya, serta perkembangan dan kontroversi falsafah di indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat Islam
Untuk mengetahui
pengertian falsafah islam, maka kita
harus mengetahui terlebih dahulu definisi
filsafat itu sendiri. Dibawah ini akan diterangkan secara jelas apa itu
filsafat.
Dalam Lisan
Al-A’rab, kata falsafat berakar dari kata falsafah, yang memiliki arti hikmah, sebuah
kata yang berasala dari luar bahasa arab. Kata falasafah dipinjam dari kata
Yunani yang sangat terkenal, Philosophia, yang berarti kecintaan pada
kebenaran(wisdom).
Dengan sedikit
perubahan, kata falsafah diindonesiakan menjadi “filsafat” atau juga “filosofi”
(karena adanya pengaruh ucapan inggris, Philosophy). Dalam ungkapan arabnya
yang lebih”asli”, cabang ilmu tradisional islam yaitu ‘ulum al-hikmah.[1]
Filsafat ialah ilmu
yang ingin mencari kebenaran (yang penuh dengan tanda tanya :apa bagaimana,
dimana dan apa sebabnya) sesuatu itu ada dengan menggunakan metode logika dan
akal. Jadi filsafat berdasarkan pada akal (pikiran).[2]
Adapun pengertian
filsafat menurut para ahli :
1.
Al Farabi.
filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.
2.
Sidi Gazalba.
Filsafat adalah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan.
3.
Hasbullah Bakri.
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikat nya sejauh yang dapat
dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah
mencapai pengetahuan itu.
Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab
masalah-masalah yang tidak dapat dijawab. Maksudnya adalah filsafat ialah daya
upaya manusia dengan akal baiknya untuk memahami (mendalami dan menyelami)
mengenai Tuhan, alam semesta, manusia, serta sikap manusia. Filsafat tidak
lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir, dengan
tidak secara dangkal.[3]
Diatas telah dijelaskan mengenai pengertian filsafat itu
sendiri, dan dibawah ini akan lebih diterangkan lagi apa itu filsafat islam.
Filsafat islam ialah suatu usaha utnuk menyesuaikan antara
apa yang dinamakan wahyu dan akal, antara akdah dan hikmah, antara agama dan
filsafat, sehingga dapat dinyatakan kepada manusia bahwa wahyu tidak
bertentangan dengan akal, dan akidah bila ia disinari dengan hikmah akan
memberi ketenangan jiwa dan manakalah agama bersaudara dengan filsafat, maka
agama itu berjiwa filsafat dan filsafat itu menjadi berjiwa agama.[4]
B.
Ajaran-Ajaran Pokok
Filsafat Islam
1. Akal
Dalam jiwa manusia terdapat tiga daya yang telah disebutkan
diatas salah satunya ialah daya berpikir. Daya berpikir itu adalah akal.
Menurut al-Kindi akal dibagi menjadi tiga macam: akal yang bersifat potensil;
akal yang keluar dari sifat potensil dan aktuil; dan akal yang telah mencapai
tingkat kedua dari aktualitas.
Akal yang bersifat potensil tidak bisa mempunyai sifat
aktuil jika tidak ada kekuatan yang menggerakannya dari luar. Dan oleh karena
itu bagi al-Kindi ada satu lagi macam akal yang mempunyai wujud di luar roh
manusia, dan bernama akal yang selamanya dalam aktualitas. Akal tersebut
membuat akal yang bersifat potensil dalam roh manusia menjadi aktuil.
Sifat-sifat akal ini:
a.
Merupakan akal pertama
b.
Selamanya dalam aktualitas
2. Kenabian
Nabi
Muhammad memiliki syarat-syarat yang dibutuhkan seorang Nabi, yaitu memiliki
imajinasi yang sangat kuat dan hidup, bahkan fisiknya sedemikian kuat sehingga
ia mampu mempengaruhi bukan hanya pikiran orang lain, melainkan juga seluruh
materi pada umumnya. Dengan imajinatif yang luar biasa kuatnya, pikiran Nabi,
melalui keniscayaan psikologis yang mendorong, mengubah kebenaran-kebenaran
akal murni dan konsep-konsep menjadi imaji-imaji dan simbol-simbol kehidupan
yang demikian kuat sehingga orang yang mendengar atau membacanya tidak hanya
menjadi percaya tetapi juga terdorong untuk berbuat sesuatu. Apabila kita
lapar atau haus, imajinasi kita menyuguhkan imaji-imaji yang hidup tentang
makanan dan minuman. Pelambangan dan pemberi sugesti ini, apabila ini berlaku
pada akal dan jiwa Nabi, menimbulkan imaji-imaji yang kuat dan hidup sehingga
apapun yang dipikirkan dan dirasakan oleh jiwa Nabi, ia benar-benar mendengar
dan melihatnya.[5]
3.
Jiwa
Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad Saw. tidak
menjelaskan tegas tentang roh dan jiwa. Bahkan Al-Quran sebagai pokok sumber
ajaran Islam menginformasikan bahwa manusia tidak akan mengetahui hakikat ruh
karena itu urusan Allah bukan Manusia. Dengan adanya hal tersebut, kaum filosof
Muslim membahas jiwa berdasarkan pada falsafat jiwa yang dikemukakan para
filosof Yunani, kemudian mereka selaraskan dengan ajaran Islam. Al-Kindi
Jiwa mempunyai arti penting, sempurna, dan mulia.
Subtansinya berasal dari subtansi Allah. Hubungannya
dengan Allah sama dengan hubungannya dengan cahaya dan matahari. Jiwa mempunyai
wujud tersendiri, terpisah, dan berbeda dengan jasad atau badan. Jiwa bersifat
rohani dan illahi sementara badan mempunyai hawa nafsu dan marah. Dan
perbedaannya jiwa menentang keinginan hawa nafsu.
Pada jiwa manusia terdapat tiga daya: daya bernafsu
(yang terdapat di perut), daya marah (terdapat di dada), dan daya pikir
(berputar pada kepala).
4.
Tasawuf
Tasawuf,
menurut ibnu Sina tidak dimulai dengan beribadah dan meninggalkan keduniaan
sebagaimana yang dilakukan orag-orang sufi sebelumnya. Ia memulai tasawuf
dengan akal yang dibantu oleh hati. Dengan kebersihan hati dan pancaran akal, lalu
akal akan menerima ma’rifah. Mengenai bersatunya Tuhan dan manusia atau
bertempatnya Tuhan dihati diri manusia tidak diterima oleh ibnu Sina, karena
manusia tidak bisa langsung kepada Tuhannya, tetapi melalui prantara untuk
menjaga kesucian Tuhan. Ia berpendapat bahwa puncak kebahagiaan itu tidak
tercapai, kecuali hubungan manusia dengan Tuhan. Karena manusia mendapat
sebagian pancaran dari perhubungan tersebut. [6]
5. Talfiq
Al-Kindi
berusaha memadukan atau talfiq antara agama dan filsafat. Menurutya filsafat
adalah pengetahuan yang benar. Al-Qur’an yang membawa argumen-argumen yang
lebih meyakinkan dan benar tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang
dihasilkan oleh filsafat. Karena itu mempelajari filsafat dan berfilsafat tidak
dilarang bahkan teologi bagian dari filsafat, sedangkan umat Islam diwajibkan
mempelajari teologi. Bertemunya agama dan filsafat dalam kebenaran dan kebaikan
sekaligus menjadi tujuan dari keduanya. Agama disamping wahyu
mempergunakan akal, dan filsafat juga mempergunakan akal. Yang benar pertama
bagi Al-Kindi ialah Tuhan. Filsafat dengan demikian membahas tentang Tuhan dan
agama ini pulalah dasarnya. Filsafat yang paling tinggi ialah filsafat tentang
Tuhan.
Dengan
demikian, orang yang menolak filsafat maka orang itu menurut Al-Kindi telah
mengingkari kebenaran, kendatipun ia menganggap dirinya paling benar. Disamping
itu, karena pengetahuan tentang kebenaran termasuk pengetahuan tentang Tuhan,
tentang ke-Esaan-Nya, tentang apa yang baik dan berguna, dan juga sebagai alat
untuk berpegang teguh kepadanya dan untuk menghindari hal-hal sebaliknya. Kita
harus menyambut dengan gembira kebenaran dari manapun datangnya. Sebab, “tidak
ada yang lebih berharga bagi para pencari kebenaran daripada kebenaran itu
sendiri”.[7]
C.
Perkembangan filsafat islam di indonesia
Masa Lalu Filsafat Islam belum begitu dikenal di Indonesia,
karena memang filsfat Islam baru diperkenalkan ke publik pada tahun 70-an oleh
almarhum Prof. Dr. Harun Nasution dalam bukunya yang terkenal Falsafah &
Mistisime dalam Islam, yang diterbitkan Bulan Bintang pada tahun 1973. Dalam
buku ini pak Harun telah memperkenalkan 6 filosof Muslim yang terkenal yaitu
al-Kindi, al-Razi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd, setelah sebelumnya ia
membicarakan tentang “Kontak Pertama antara Islam dan ilmu pengetahuan serta falsafah
Yunani.
” Dalam buku ini pak Harun dengan singkat tetapi
esensial memperkenalkan biografi dan ajaran para filosof Muslim tersebut,
sehingga para mahasiswa Muslim, khususnya mahasiswa IAIN di seluruh Indonesia,
telah menyadari keberadaan filsafat Islam yang sebelumnya hampir tidak pernah
diperkenalkan kepada mereka. Dan dengan dijadikannya buku tersebut sebagai buku
wajib, maka pak Harun boleh dikata telah berhasil memperkenalkan filsafat Islam
di Indonesia ini.
Tetapi karena buku ini merupakan satu-satunya buku
yang digunakan dalam matakuliah filsafat Islam selama puluhan tahun, maka
timbul kesan yang keliru bahwa seakan filsafat Islam hanya menghasilkan 6 orang
filosof sebagaimana yang diperkenalkan oleh Pak Harun di atas. Untunglah pada
tahun 1987 Pustaka Jaya telah menerbitkan sebuah buku terjemahan yang bagus dan
komprehensif tentang filsafat Islam karangan Majid Fakhry yang berjudul Sejarah
Filsafat Islam, yang diterjemahkan oleh (Mulyadhi Kartanegara), sehingga dengan
demikian sadarlah kita bahwa filsafat Islam telah melahirkan bukan hanya 6
filosof, sebagaimana yang telah diperkenalkan oleh Pak harun, tetapi puluhan
bahkan mungkin ratusan para filosof yang tidak kalah hebatnya daripada
filosof-filosof yang telah diperkenalkan sebelumnya.
Buku ini menjelaskan filsafat Islam dari sudut
historis, yang meliputi paparan tentang perkembangan filsafat sebelum Islam,
pada masa awal Islam, masa pertengahan dan masa modern. Dan buku ini telah
menikmati posisi yang penting di universitas-universitas Islam, sebagai buku
daras yang tak ada duanya pada saat itu. Mahasiswa Muslim sangat diuntungkan
dengan kehadiran karya terjemahan ini, karena ia telah banyak mengubah persepsi
yang keliru tentang filsafat Islam dari sudut lingkup, rentangan waktu, ajaran
dll. Dengan buku ini pula kita menjadi sadar bahwa ternyata filsafat Islam
tidak berhenti pada Ibn Rusyd sebagaimana dikesankan setelah membaca buku pak
harun, tetapi terus hidup dan berlangsung hingga saat ini.
Masa Kini Pada saat ini kita telah menikmati
banyak informasi tentang filsafat Islam. Diterjemahkannya buku yang diedit oleh
M.M. Syarif yang berjudul, History of Muslim Philosophy secara parsial ke dalam
bahasa Indonesia telah memperkaya khazanah filsafat Islam di Indonesia. Tetapi
tambahan informasi yang sangat signifikan terjedi setelah penerbit Mizan
menerjemahkan karya besar dalam sejarah filsafat Islam yang diedit oleh Nasr
dan Oliver Leaman, yang berjudul A History of Islamic Philosophy ke dalam
bahasa Indonesia, dengan judul Ensiklopedia Filsafat Islam (dua jilid).
Berbagai karya filosofis yang lebih spesifik (misalnya
yang membahas tentang pemikiran para filosof tertentu) juga telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia, seperti The Philosophy of Mulla Sadra yang ditulis
oleh Fazlur Rahman, yang membahas beberapa aspek dari pemikiran Mulla Shadra,
atau Knowledge and Illumination, karangan Hussein Ziai, yang membicarakan
secara khusus filsafat iluminasi Suhrawardi. Namun sejauh ini, informasi ini
lebih bersandar pada terjemahan dari karya asing, dan bukan karangan sarjana
Muslim Indonesia sendiri.
Sedikit sekali karya filsafat Islam yang ditulis oleh
para penulis negeri ini. Ada misalnya buku 5 tentang Suhrawardi yang ditulis
oleh sdr Amroeni, khususnya kritik Suhrawardi terhadap filsafat peripatetik,atau
yang ditulis oleh M. Iqbal tentang Ibn Rusyd, sebagai bapak rasionalisme. Namun
tulisan-tulisan tersebut masih bersifat studi tokoh, dan pada dasarnya
diadaptasi dari sebuah tesis atau disertasi.
Tidak banyak penulis Muslim Indonesia yang menulis buku
pengantar terhadap filsafat Islam yang bersifat independen, kecuali pak Haidar
Bagir dengan Buku Saku Filsafat Islam-nya, dan beliau (Mulyadhi Kartanegara)
sendiri dengan Gerbang Kearifan-nya.
Tokoh-tokoh filsafat islam di indonesia diantaranya :
1. Harun Nasution
Harun Nasution lahir pada hari
Selasa 23 September 1919 di Sumatera. Ayahnya, Jabar Ahmad adalah seorang ulama
yang mengetahui kitab-kitab Jawi.
Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah Belanda HIS. Setelah tujuh tahun di HIS. Selama tujuh tahun, Harun belajar bahasa Belanda dan ilmu pengetahuan umum di HIS itu, dia berada dalam lingkungan disiplin yang ketat. Di lingkungan keluarga, harun memulai pendidikan Agama dari lingkungan keluarganya dengan belajar mengaji, shalat dan ibadah lainnya. Pendidikannya lalu dilanjutkan ke Mc. Gill, Kanada pada tahun 1962.
Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah Belanda HIS. Setelah tujuh tahun di HIS. Selama tujuh tahun, Harun belajar bahasa Belanda dan ilmu pengetahuan umum di HIS itu, dia berada dalam lingkungan disiplin yang ketat. Di lingkungan keluarga, harun memulai pendidikan Agama dari lingkungan keluarganya dengan belajar mengaji, shalat dan ibadah lainnya. Pendidikannya lalu dilanjutkan ke Mc. Gill, Kanada pada tahun 1962.
Pemikiran Harun Nasution:
a.
Peranan Akal
Bukanlah secara kebetulan bila
Harun Nasution memilih problematika akal dalam system teologi Muhammad Abduh
sebagai bahan kajian disertasinya di Universitas Mogill, Mentreal, Kanada.
Besar kecilnya peranan akal dalam system teologi suatau aliran sangat
menentukan dinamis atau tidaknya pemahaman seseorang tentang ajaran Islam.
Berkenaan dengan akal ini, Harun Nasution menulis demikian:“Akalmelambangkankekuatanmanusia”.
Karena akal manusia mempunyai kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan makhluk
lain disekitarnya. Bertambah tinggi akal manusia, bertambah tinggi pula
kesanggupannya untuk mengalahkan makhluk lain. Bertambah lemah kekuatan akal
manusia, bertambah lemah pulalah kesanggupannya untuk menghadapi
kekuatan-kekuatan lain tersebut.
b.
Hubungan akal dan wahyu
Salah satu focus pemikiran Harun
Nasution adalah hubungan akal dan wahyu. Ia menjelaskan bahwa hubungan akal dan
wahyu memang menimbulkan pertanyaan, tetapi keduanya tidak bertentangan. Akal
mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al-Qur’an. Orang yang beriman tidak perlu
menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak
menjelaskan semuapermasalahankeagamaan. dalam pemikiran Islam, baik di bidang
filsafat dan ilmu kalam, apalagi di bidang ilmu fiqih, akal tidak pernah
membatalkan wahyu. Akal tetap tunduk kepada teks wahyu. Teks wahyu tetap
dianggap benar. Akal dipakai untuk memahami teks wahu dan tidak untuk menentang
wahyu. Akal hanya memberi interpretasi terhadap teks wahyu sesuai dengan
kecenderungan dan kesanggupan pemberi interpretasi. Yang dipertentangkan dalam
sejarah pemikiran Islam sebenarnya bukan akal dan wahyu, tetapi penafsiran
tertentu dari teks wahyu dengan lain dari teks wahyu itu juga. Jadi, yang
bertentangan sebenarnya dalam Islam adalah pendapat akal ulama tertentu dengan
pendapat akal ulama lain
2. H.M. Rasyidi
H. Mohamad Rasjidi Guru Besar
Fakultas Hukum UI Direktur kantor Rabitah Alam Islami, Jakarta.
Dalam konteks pertumbuhan akademik Islam di Indonesia, orang akan sulit mngesampingkan kehadiran H.M. Rasyidi, lulusan lembaga pendidikan tinggi Islam di Mesir yang mmelanjutkan ke Paris, dan kemudian memperoleh pengalaman mengajar di Kanada.
Dalam konteks pertumbuhan akademik Islam di Indonesia, orang akan sulit mngesampingkan kehadiran H.M. Rasyidi, lulusan lembaga pendidikan tinggi Islam di Mesir yang mmelanjutkan ke Paris, dan kemudian memperoleh pengalaman mengajar di Kanada.
a. Pemikiran Kalam H.M Rasyidi
Rasyidi menolak pandangan Harun
Nasution yang menyamakan pengertian ilmu kalam dan teologi. Untuk itu Rasyidi
berkata, “…Ada kesan bahwa ilmu kalam adalah teologi Islam dan teologi adalah
ilmu kalam Kristen.”[2] Selanjutnya Rasyidi menelurusi sejarah kemunculan
teologi. Menurutnya, orang Barat memakai istilah teologi untuk menunjukkan
tauhid atau kalam karena mereka tak memiliki istilah lain. Teologi terdiri dari
dua perkataa, yaitu teo (theos) artinya Tuhan, dan logos, artinya ilmu. Jadi
teologi berarti ilmu ketuhanan.adapun sebab timbulnya teologi dalam Kristen
adalah ketuhananNabi Isa, sebagai salah satu dari tri-tunggal atau trinitas.
Namun kata teologi kemudian mengandung beberapa aspek agama Kristen, yang di
luar kepercayaan (yang benar), sehingga teologi dalam Kristen tidak sama dengan
tauhid atau ilmu kalam
Rasyidi menolak pandangan Harun
Nasution yang menyamakan pengertian ilmu kalam dan teologi. Untuk itu Rasyidi
berkata, “…Ada kesan bahwa ilmu kalam adalah teologi Islam dan teologi adalah
ilmu kalam Kristen.”Selanjutnya Rasyidi menelurusi sejarah kemunculan teologi.
Menurutnya, orang Barat memakai istilah teologi untuk menunjukkan tauhid atau
kalam karena mereka tak memiliki istilah lain. Teologi terdiri dari dua
perkataa, yaitu teo (theos) artinya Tuhan, dan logos, artinya ilmu. Jadi
teologi berarti ilmu ketuhanan.adapun sebab timbulnya teologi dalam Kristen
adalah ketuhananNabi Isa, sebagai salah satu dari tri-tunggal atau trinitas.
Namun kata teologi kemudian mengandung beberapa aspek agama Kristen, yang di
luar kepercayaan (yang benar), sehingga teologi dalam Kristen tidak sama dengan
tauhid[8]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Filsafat ialah ilmu
yang ingin mencari kebenaran (yang penuh dengan tanda tanya :apa bagaimana,
dimana dan apa sebabnya) sesuatu itu ada dengan menggunakan metode logika dan
akal. Jadi filsafat berdasarkan pada akal (pikiran).
Di dalam filsafat
islam terdapat ajaran-ajaran pokok, Diantara ajaran-ajaran pokok filsafat islam
akan dibahas yaitu ketuhanan dan lain-lain. Filsafat Islam belum begitu dikenal
di Indonesia, karena memang filsfat Islam baru diperkenalkan ke publik pada
tahun 70-an oleh almarhum Prof. Dr. Harun Nasution dalam bukunya yang terkenal
Falsafah & Mistisime dalam Islam, yang diterbitkan Bulan Bintang pada tahun
1973. Dalam buku ini pak Harun telah memperkenalkan 6 filosof Muslim yang
terkenal yaitu al-Kindi, al-Razi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd, setelah
sebelumnya ia membicarakan tentang “Kontak Pertama antara Islam dan ilmu
pengetahuan serta falsafah Yunani.” Dalam buku ini pak Harun dengan singkat
tetapi esensial memperkenalkan biografi dan ajaran para filosof Muslim
tersebut, sehingga para mahasiswa Muslim, khususnya mahasiswa IAIN di seluruh
Indonesia, telah menyadari keberadaan filsafat Islam yang sebelumnya hampir
tidak pernah diperkenalkan kepada mereka.
Dan dengan dijadikannya buku tersebut sebagai buku
wajib, maka pak Harun boleh dikata telah berhasil memperkenalkan filsafat Islam
di Indonesia ini.
B.
Kritik dan Saran
Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang
membangunkepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah
dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca
yang budiaman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Misri.A.Muchsin, Filsafat Sejarah Dalam Islam, (Ar Ruzz
Press : Yogyakarta, 2002)
Rustam E, Teori Filsafat Sejarah Sejarah Islam Dan
Iptek, (Rineka Cipta : Jakarta, 1999)
Afrizal, Filsafat Islam, http://afrizal.blogspot.com.html
Andriani, Ajaran Filsafat Islam, http://andriani.wordpress.com.html
Winda Mirani, Perkembangan Filsafat Islam, http://www.windamirani.blogspot.com.html
Edo Stiawan, Pengertian Filsafat Menurut Para Tokoh,http://edostiawan.blogspot.com.html
[1] Misri.A.Muchsin, Filsafat Sejarah Dalam Islam, (Ar Ruzz
Press : Yogyakarta, 2002).Hlm.27
[2] Ibid.,Hlm.38
[3] Edo Stiawan, Pengertian
Filsafat Menurut Para Tokoh, http://www.edostiawan,blogspot.com.html.
Diakses pada 12 November 2014
[4] Rustam E, Teori Filsafat Sejarah Sejarah Islam Dan
Iptek, (Rineka Cipta : Jakarta, 1999).Hlm.185
[5] Ibid.,hlm.187
[7]Andriani, Ajaran
Filsafat Islam, http://andriani.wordpress.com.html.Diakses pada 13 November 2014
[8] Winda Mirani, Perkembangan Filsafat Islam, http://www.windamirani.blogspot.com.html.Diakses
pada 18 november 2014
Komentar
Posting Komentar