ASAL USUL DESA RETAK MUDIK KECAMATAN SUNGAI RUMBAI KABUPATEN MUKOMUKO PROPINSI BENGKULUSEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM ( SKI ) FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGRI



ASAL USUL DESA RETAK MUDIK KECAMATAN SUNGAI RUMBAI KABUPATEN MUKOMUKO PROPINSI BENGKULU
DISUSUN OLEH :
SOLEHAN
212 343 9332

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM ( SKI )
FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGRI
2015
                             ASAL USUL DESA RETAK MUDIK
            Desa Retak Mudik merupakan desa yang ada di kecamatan Sungai Rumbai Muko-Muko profinsi Bengkulu. Luas desa Retak Mudik sekitar 1000 ha. Secara geografis desa Retak Mudik terletak antara:
1.      Sebelah Selatan berbatasan dengan Ipuh
2.      Sebelah Utara berbatasan denga desa Sumber Makmur ( desa saya )
3.      Sebelah Timur berbatasan dengan kebun sawit desa
4.      Sebelab Barat berbatasan dengan desa Retak Ilir dan desa Talang Gading
Untuk sekarang ini desa Retak Mudik terdiri dari 800 KK. Desa Retak Mudik ini mayoritas penduduknya yaitu dari suku Pekal dan bahasa yang di gunakan sehari-haripun mengunakan bahasa Pekal. Di desa retak mudik ini terdiri dari 3 suku atau kaum yaitu kaum kimas yang berasal dari Jawa Barat, bagindo bukuk dari Sumatra Selatan, dan Tando Rajo dari sumatra barat. Kalau dilihat dari perkembangan cerita masyarakat Retak Mudik, katanya puyang kimas inilah yang pertama sekali menduduki daerah ini, sedangkan  Bagindo Bukuk dan tando rajo datang ke wilayah ini secara bersamaan. Itulah sekilas tentang gambaran desa Retak Mudik dan penulis tidak akan panjang lebar menjelaskan mengenai ketiga kaum ini. karena kajian penulis disini akan di fokuskan mengenai asal usul desa Retak Mudik.
Awal sejarah asal-usul desa retak mudik yaitu karena ada perpindahan orang-orang dari Tanah Jawa yaitu dari gersik Jawa Barat yang terjadi pada tahun 1675. Salah satu ketua rombongan dari orang yang pindah dari jawa barat ke desa Retak Mudik adalah KIMAS. Dari nama kimas itulah yang disebut sebagai puyang orang-orang retak mudik. pada awalnya, setelah sampai di Bengkulu, rombongan puyang kimas menempati di dua daerah. Ketika rombongan puyang kimas sampai di Bengkulu, mereka menuju ke utara beserta rombonganya. Setelah sampai di utara mereka beserta rombongan berhenti diantara air dua ( sekarang ipuh ). Setelah sampai di situ puyang kimas beserta rombonganya menyebar kedua arah. Arah yang pertama mereka menuju kedaerah air pisang dan menetap disana.  Dan arah yang kedua mereka menuju kedaerah aliran sungai rumbai dan menetap dibantaran sungai tersebut.
Setelah beberapa bulan kemudian, puyang kimas dan rombonganya pindah tempat pemukiman lagi yaitu kesebelah baratnya dari pemukiman yang lama. Pemukiman yang baru tersebut dinamakan talang tingga. Sebab terjadinya perpindahan pemukiman tersebut karena puyang kimas beserta rombonganya khawatir dengan adanya perang Rupit dan akhirnya berkat musyawarah antara antara puyang dan rombonganya mereka memutuskan untuk berpindah.
Setelah mereka pindah kedaerah talang lama dan membuka hutan yang baru, mereka tinggal hanya beberapa tahun saja. Menurur  M. Kais, disini sangat banyak tantangan yang harus dihadapi. Karena banyak sekali binatang buas pada waktu itu seperti Harimau, Ular, Beruang, dan Gajah yang hampir tiap malam masuk desa. Dan ditempat ini juga warganya banyak yang  resah dan gelisah karena banyaknya kehadiran binatang tersebut. Setelah banyak kendala yang terjadi, maka Puyang Kimas dan warganya bermusyawarah untuk mencari tempat yang baru dan nyaman.
Setelah munsyawarah, maka puyang dan warganya mempunyai keputusan untuk pindah tempat lagi. Setelah terjadi mufakat bersama maka masyaraknya setuju dan merekapun pindah tempat pemukiman lagi yang baru yaitu mereka membuka hutan lagi untuk dijadikan pemukiman. Pemukiman tersebut dinamakan Talang Tinggal. Proses penamaan desaini juga melalui mufakat para warganya. Mereka menamakan Talang Tinggal karena telah meninggalkan pemukiman yang lama yaitu desa Talang Lama. Tujuan meberikan nama Talang Tinggal ini yaitu untuk mengenang pemukiman yang sudah cukup lama di tempati yaitu Talang Lama.
Setelah masyarakatnya pindah ke pemukiman yang baru yaitu desa Talang Tinggal mereka merasa sangat bahagia karena sudah terhindar dari mala bahaya dari binatang buas, mereka pindah kesebelah Timur dari desa yang sesudahnya yaitu Talang Lama. Didesa yang baru ini yaitu Talang Tinggal memang masyarakatnya jauh dari mala bahaya binatang buas, tetapi disini masyarakatnya juga tidak merasa nyaman setelah tinggal beberapa tahun kemudian. Karena disini juga banyak sekali kendala seperti kondisi tanahnya yang begitu terjal dan bertebing. Tetapi itu tidak begitu di jadikan masalah. Karena masih ada lagi kendala yang begitu menakutkan. Kendala tersebut yaitu masyarakanya sering ketemu dengan hantu Balun yang katanya bentuknya seperti kerucut, hantu itu sangat membuat gempar masyarakatnya pada waktu itu. Setiap mereka mau mandi disungai selalu bertemu dengan hantu tersebut ketika berada ditepian sungai. Disini masyarakat merasa bingung dan khawatir setiap mau mandi111111111111111111111111111111111 disungai, mencuci pakaian, dan beraktifitas di sungai. Karena kehidupan orang dulu sangat membutuhkan sungai untuk menjalani segala aktivitasnya. Dan menurut penuturan salah seorang warga tersebut sungai yang ada di Talang Tinggal sangat bermanfaat bagi masyarakatnya.
Dengan adanya kendala hantu balun tadi, maka Puyang Kimas bersama warganya melaukan musyawaroh dan akhirnya walaupun berat hati Puyang Kimas beserta warganya memutuskan untuk pindah. Dari proses perpindahan pemukiman ini maka terjadi dua persepsi atau perbedaan pendapat dari masyarakat Talang Tinggal. Karena sebagian warga ada yang mengajak pindah kearah arah barat  yang dekat dengan pesisir pantai dan ada yang mengajak pindah kearah timur dari pemukiman talang tinggal. Dengan kedua persepsi tersebut terjadi perdebatan yang cukup tajam dan memakan waktu berhari-hari.
Setelah itu, salah seorang puyang yaitu puyang Kimas mengambil kesimpulan agar tidak terjadi perpecahan dan permusuhan diantara warganya. Puyang Kimas pun memutuskan kepada warganya yaitu beliau berkata bahwasanya,” bagi warganya yang ingin pindak kearah bara dari desa Talang Tinggal dipersilakan dan bagi warganya yang ingin pindah kesebelah Timur dari desa Talang Tinggal juga dipersilakan,”. Itulah kata-kata yang diucapkan oleh beliau yaitu puyang Kimas. Dari kata-kata tersebut maka masyarakatnya terpecah menjadi dua bagian. Ada yang pindah kesebelah barat dari desa talang tinggal dan ada yang menuju kesebelah timur dari desa Talang Tinggal.
Bagi masyarakat yang pindak kearah barat pemukimanya dinamakan desa Talang Medan dan bagi masyarakat yang pindah kesebelah Timur desanya masih dinamakan desa Talang Tinggal. Masyarakat yang pindah kesebelah Timur inilah yang nantinya cikal bakal berdirinya desa Retak Mudik yang masih berdiri hingga sekarang. Tetapi walaupun walaupun terpecah menjadi dua desa disini tidak pernah terjadi keributan ataupun kebencian. Kedua desa ini hidup rukun dan saling berdampingan dan masih satu puyang.
Masyarakat yang pindah kesebelah timur masih tinggal disekitaran Sungai Rumbai dan nama desanyapun masih mengunakan nama desa lama yaitu desa Talang Tinggal. Tetapi jelang beberapa bulan kemudian masyarakatnya ingin memintak ganti dengan sebuah nama desa yang baru. Setelah itupun masyarakat dan kepala adat disitu melakka musyawaroh lagi untuk memberi nama desa yang baru itu. Setelah tiga hari melaukan musyawaroh maka di ambillah sebuah nama desa yang baru yaitu desa Retak Mudik.
Proses penamaan mengenai desa Retak Mudik ini merupakan sejarah yang baru bagi masyarakat disitu. Nama Retak Mudik ini masih ada hubunganya dengan proses terjadinya perang Rupi yang terjadi di Bengkulu Selatan pada jaman dahulu. Ketika berlangsungnya perang Rupi tersebut ada seorang raja dari suatu kerajaan yang terbunuh dan akhirnya meninggal dunia. Menurut orang-orang Retak Mudik dan dan kepada orang yang saya mintak sumber informasi raja tersebut berasal dari kerajaanyang ada di Sumatra Barat. Dengan adanya kekalah tersebut maka mayat seorang raja itu dimasukan kedalam keranda kaca oleh para prajuritnya. Mayat seorang raja tersebut oleh prajurinya dibawa menuju ke Sumatra Barat dengan cara dipikul. Para prajurinya memikul keranda mayatnya secara bergantian dan akhirnya sampailah kedesa Retak Mudik.
Ketika sesampainya didesa Retak Mudik ini keranda kaca yang di bawa oleh prajuritnya retak dan para prajurinya sangat khawatir sekali kalau keranda mayatnya pecah. Tetapi pas dilihat dan diperiksa keranda tersebut hanya retan dan tidak pecah dan akhirnya para prajurinyapun melanjutkan perjalanannya lagi ke Sumatra Barat. Dari proses perjalanan pulang itulah oleh masyarakat desa talang tinngal di namakanya Mudik ke Sumatra Barat. Oleh sebab kejadian itulah desa yang dahulunya benama talang tinggal dirubah atau diganti melalui musyawaroh dengan memberi nama desa Retak Mudik.
Itulah sekilas mengenai asal usul desa Retak Mudi. Desa inipun masih berdiri hingga sekarang dan kondisi masyrakanyapun kalau untuk sekarang ini bisa dibilang masyarakat yang maju kalau dilihat dari bidang perkebunanya. Penulis tertari dengan kajian ini karena desa ini merupakan desa tertua dikecamatan Sungai Rumbai kabupaten Moko-Moko profinsi Bengkulu.














                                    BIODATA NARA SUMBER



Nama : Thamrin
Umur :65 Tahun
Wawancara di laksanakan pada hari Minggu bertepatan pada tanggal 15 Nopember 2015 pada jam 14:00 sampai jm 15: 30 dengan nara sumber yang bernama Thamrin. Dan wawancara yang kedua dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 15 Nopember 2015 pada jam 16:30 sampai jm 17:30 dengan Nara sumber bapak Muhammad Kais umur 70 tahun.
Tingal Dusun 3 Desa Retak Mudik Kecamatan Sungai Rumbai Kabupaten Muko-Muko Propinsi Bengkulu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN SPSS

Sejarah Bengkulu dan Tapak Tilas Arkiologinya